Minggu, 20 Juni 2010

Ekosistem Pesisir dan Laut

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km dan memiliki sekitar 17.508 pulau yang memilki nilai biodiversity yang yang sangat tinggi.
Kekayaan dan keanekaragaman hayati ini menyediakan sumber daya alam yang yang sangat produktif yang berfungsi sebagai sumber energi, bahan pangan, bahan tambang, dan sebagai media rekreasi.
Didalam suatu ekosistem terdapat komponen hayati dan komponen nir-hayati. Kedua komponen ini melakukan suatu proses interaksi yang membentuk suatu sistem yang dikenal dengan Sistem Ekologi. Didalam suatu ekosistem pesisir dan laut terjadi pertukaran materi dan transformasi energi yang berlangsung diantara kedua komponen dalam sistem tersebut, maupun dengan komponen komponen dari sistem tersebut Ekosistem pesisir dan laut terdiri dari ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang. (Bengen, 2004)
Menurut Bengen, 2004. Komponen biotik yang menyusun suatu ekosistem pesisir dan laut terbagi atas empat kelompok utama yaitu: 1. Produser 2. Konsumer primer 3. Konsumer sekunder 4. Dekomposer.
Sebagai produser adalah vegetasi autotrof (algae dan fitoplankton yang melakukan proses fotosintesa yang menghasilakn zat organik kompleks dari zat anorganik sederhana.
Sebagai konsumer primer adalah hewan hewan yang memakan produser, disebut herbivora, hewan ini pun menghasilkan materi organik tetapi mereka sepenuhnya tergantung sepenuhnya dari materi organik yang disintesa oleh fitoplankton dan tumbuhan yang dimakannya.
Sebagai konsumer sekunder adalah karnivora, yaitu semua organisme yang memakan hewan. Selain itu terdapat konsumer tersier yaitu organisme yang memakan konsumer sebelumnya (konsumer sekunder)
Sebagai dekomposer organisme avertebrata, bakteri, dan jamur yang memakan materi organik yang mati: bangkai, daun-daunan yang mati, hewan yang mati serta ekskreta.
Pada prinsipnya terdapat tiga proses dasar yang menyusun struktur fungsional komponen biotik ini: 1. Proses produksi (sintesa materi organik), 2. Proses Konsomasi, 3. Proses Dekomposisi atau mineralisasi.
Komponen abiotik dari suatu ekosistem pesisir dan laut terbagi atas tiga komponen utama : (1) unsur dan senyawa anorganik (karbon, nitrogen dan air), (2) bahan organik (karbohidrat, protein, dan lemak), (3) Iklim (suhu dan faktor fisik lain) yang membatasi kondisi kehidupan.

Komponen Ekosistem Pesisir dan laut terbagi atas tiga yaitu:
• Ekosistem Mangrove
Menurut Tuwo, 2010 ekosistem mangrove adalah komunitas di daerah pantai atau muara sungai di daerah tropis, yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, yang didominasi oleh jenis pepohonan yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang pada perairan asin.
Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memilki keanekaragaman jenis yang tinggi dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas (Bengen, 2004)

Peranan Hutan Mangrove
 Secara Ekologis Pada ekosistem ini hidup berbagai jenis vegetasi mangrove yang menghasilkan serasah organik merupakan sumber energi atau bahan makanan bagi berbagai organisme heterotrof. Donor energi dan nutrien dalam bentuk bahan organik bagi ekosistem di sekitarnya Terutama ekosistem padang lamun dan terumbu karang
 Secara Ekonomi
 Mencegah erosi
 Hasil hutan & perikanan
 Secara kimia
 Pompa unsur hara
 Penyumbang hara ke terumbu karang
 Secara biologis
 Nursery ground
 Spawning ground
 Feeding ground

• Ekosistem padang Lamun
Merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memilki rizhoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam didalam laut. Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah (propagule) yang dihasilkan secara seksual (dioecious).
Diseluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 55 jenis lamun, DiIndonesia ditemuakn sekitar 12 jenis yang dominan yang ternasuk kedalam 2 famili : (1) Hydrocharitacea, dan Potamogetonaceae.


sss
Peranan Padang Lamun
Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting yaitu:
• Produsen detritus dan zat hara
• Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang
• Sebagai tempat berlindung, mencari maka, tumbuh dewasa, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasnya dilingkungan ini.
• Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari

• Ekosistem Terumbu Karang.

Menurut Rani, 2010. Terumbu karang adalah bangunan kapur raksasa yang dibentuk dan dihasilkan oleh binatang karang dan organisme berkapur lainnya membentuk suatu ekosistem yang kompak sebagai habitat bagi biota-biota laut.
Unsur abiotik terdiri dari lingkungan perairan, dasar perairan dan pelbagai macam rangka organisme mati (karang, keong, alga berkapur, dll).
Unsur biotik dalam ekosistem terumbu karang sangat beragam dan hampir semua filum di laut terwakili dalam terumbu karang, seperti karang batu, karang lunak, spons, teripang, makroalga, mikroalga, beragam ikan, plankton, bakteri, dll.
Luas terumbu karang di Indonesia 42.000 km2, 75.000 km2 (Cesar, 1996), 85.700 km2 (Tomascik dkk. 1997). Sekitar 14 – 16,5% dari luasan terumbu karang dunia . Namun Indonesia memiliki kekayaan jenis karang tertinggi di dunia dgn 450 jenis karang batu (Rosen, 1971; Veron, 1986). Khusus untu karang Acropora ditemukan 91 jenis (Wallace et al., 2001).
Struktur Komunitas di Terumbu karang terdiri dari Autotrofik dan heterotrofik,
Autotrofik:
- makroalga (Halimeda, Padina, Caulerpa, dll.)
- Mikroalga (fitoplankton, zooxanthella)
Heterotrofik :
- benthos: spons, anemon, karang, dll.
- pelagis: ikan, cumi-cumi, mamalia, reptil, dll

Menurut Rani, 2010. Peranan Terumbu Karang
 Fisik:
1. Pertahanan/perlindungan tepi pantai/daratan/pulau besar dari abrasi
2. Pondasi/penyokong pulau-pulau kecil
3. Pemecah ombak dan peredam arus peredam energi ® untuk ekosistem lamun dan bakau
 Kimia:
1. pengantar unsur-unsur kimia laut
2. pendaur ulang ® pengendapan kapur
3. menyerap gas CO2 di atmosfir via air laut ® mengurangi pemanasan global
 Biologi
1. penyedia makanan ® produktivitas primer tinggi 2-5 grC/m2/hr (Sorokin, 1993) atau 1500-5000 grC/m2/th (Nybakken, 1988) ® gabungan dari recycle nutrien, aktivitas fotosintesis, fiksasi nitrogen oleh alga biru-hijau, walau berhadapan dengan laut lepas yang miskin nutrien (Wiebe et al., 1975 dalam Moyle, 1988) dengan 18-50 grC/m2/th
2. produksi fotosintetik 5-20 g/m2 karbon organik atau 50-200 gr biomass (Sorokin, 1993)
3. produksi autotrofik sangat tinggi, berdasarkan struktur 3 dimensi dari biotop dasar, menyokong keberadaan komunitas zoobenthos dan ikan yang melimpah (Sorokin, 1993)
4. gudangnya biota laut ® diversity, nursery, breeding, dll.

 Ekologi
estetika, konservasi
 ekonomi
perikanan dan pariwisata
 Geologi
pencatat sejarah masa lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar